Sowan Kanjeng Syekh Adipati Ranggalawe

Cungkup makam Adipati Ranggalawe

Mendengar nama Ranggalawe tidak akan lepas dari sejarah panjang kerajaan Nusantara masa lalu, awal berdirinya Kerajaan Majapahit, Ranggalawe berperan penting dalam mendirikan kerajaan tersebut. Bersama Raden Wijaya dan beberapa orang penting beliau seperti Kebo Anabrang, Lembu Sora, Nambi, Halayuda, dan lain-lain. Ranggalawe sosok yang sangat tegas dan bringas ketika berperang. Ia diberi tugas khusus oleh Raden Wijaya untuk menjadi komandan telik sandi untuk mengawasi gerak gerik pasukan Mongol. Kemampuan Ranggalawe dalam berperang tidak diragukan lagi, apalagi ketika beliau sedang berada diatas kuda. Tidak ada satu pun pendekar yang sanggup melawannya.

Tidak banyak yang tahu siapa sebenarnya Ranggalawe, tokoh kebanggan masyarakat Tuban inilah mempunyai nama asli Arya  Adhikara, dalam Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah Nunggak Semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Ranggalawe, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit. Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.

Kisah Ranggalawe dalam berbagai cerita yang menyebar di masyarakat merupakan pemberontak Majapahit. Karena tidak puas oleh jabatan yang diberikan oleh Prabu Kertarajasa Jayawardhana, sebab Nambi yang diangkat Perdana Mentri. Kalau mau diteliti dan di pelajari secara mendalam apakah seorang pengikut setia, apalagi Ranggalawe merupakan anak dari penasehat utama Raden Wijaya berani memberontak negara yang baru berdiri, tak lain ayahnya sebagai opratornya?, pasti ada orang kedua atau sengaja yang mengadu domba Ranggalawe.

Dalam hal ini saya tidak akan berbicara banyak mengenai pemberontakan itu, karena keterbatasan saya dan naskah atau literatur yang terbatas. Pedoman saya beliau bukan sebagai pemberontak, berdasarkan analogi tersebut. Namun yang masih menjadi misteri adalah kematian beliau. Wafatnya Ranggalawe sampai saat ini masih menjadi gonjang-ganjing sejarah. Tidak ada kepastian dimanakah makam beliau. Ada yang menyebutkan bahwa beliau dikuburkan di sebuah tempat yang berada di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban. Sekitar 400 Meter dari kompleks Wisata Religi makam Sunan Bonang.

Keberadaan makam Ranggalawe disana tidak bisa dipastikan. Karena rasa cinta saya kepada leluhur meyakini bahwa beliau dimakamkan di lokasi tersebut. Proses berdirinya makam tersebut juga jasa dari para leluhur yang mempunyai cinta besar kepada Ranggalawe. Pedoman sejarah saat ini mengacu pada barat. Apalagi naskah sejarah Jawa yang dicuri oleh Belanda memicu keterbatas kita akan literatur leluhur kita. Tidak hanya disitu saja, orang Jawa dalam hal ini tidak tanggung-tanggung, makam para Walisongo saja banyak tersebar dimana-mana, dan semuanya btak pernah sepi. Seperti makam Sunan Bonang mempunyai tiga lokasi di Tuban, Bawean, dan Lasem. Semua tak pernah sepi pengunjung, entah yang benar yang mana, mereka beranggapan hanya menghormai dan mencintai beliau.

Tidak seprti makam Sunan Bonang yang tak pernah sepi dari pengunjung, karena beliau merupakan Brahmana penyebar ajaran Islam di Nusantara. Wajar saja jikalau makam Ranggalawe agaka tampak sepi, karena tidak banyak orang yang tahu mengenai sosoknya. Hanya saja beliau menjadi tokoh kebanggan masyarakat Tuban sebagai Adipati yang berjasa besar bagi daerah Tuban. Semenjak dilantiknya beliau menjadi Adipati oleh Raden Wijaya, sekaligus dicetuskanya hari Jadi Kabupaten Tuban yang jatuh pada 12 November 1293. Namun ini bukan menjadi tokoh pertama atau pendiri kabupaten Tuban, melainkan Arya Dandang Wacono sebagai pembabat alas daerah Tuban pada masa kerajaan Singosari.

Mengunjungi makam Ranggalawe untuk pertama kalinya saya merasakan sebagai orang yang rendah dihadapan beliau. Kewibawaan dan kegagahan beliau menyiutkan mental saya sebagai orang Tuban. Niat saya \sowan ke makam beliau hanya ingin lebih tau mengenai beliau. Walaupun hanya cungkup kayu bermotif batik terasa sangat mempunyai keistimewaan tersendiri.

Miniatur kuda di makam Adipati Ranggalawe

Keunggulan masyarakat Jawa terhadap tokoh yang berjasa besar sangatlah tinggi. Salah satunya adalah menghormatinya dengan merawat makam atau peninggalanya. Hal ini tidak seperti bangsa yang lain. Kalau di Arab kita hanya tahu komplek makam Rosululloh, tapi tiak banyak yang tahu dimana lokasi makam Ibunya, Ayahnya, Pamannya, Kakeknya, dan orang-orang yang pernah merawat beliau. Andai saja mereka tingga di orang Jawa pastilah penghormatan terhadap beliau tiada henti-hentinya. Hal ini bukan musrik atau khurofat karena mengistimewakan benda mati melainkan rasa cinta terhadap leluhur yang sangat tinggi.  

Dalam makam tersebut terdapat beberapa makam tokoh penting seperti Arya Teja (Syekh Abdurrahman) Bupati Muslim pertama di pulau Jawa, Dewi Condrowulan, dan lain-lain. Sosok Ranggalawe bagi saya merupakan seorang yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi. Tidak penting berbicara apa agamanya, keyakinan saya beliau adalah seorang muslim yang sangat menyayangi rakyatnya. Betapa tidak, sampai saat ini beliau tetap menjadi kebanggaan masyarakat Tuban, toh beliau sendiri bukan asli dari daerah Tuban. Mungkin beliau saat pertama kali memasuki dan memegang kuasa Tuban merasakan kebanggaan karena beliau langsung diterima oleh masyarakat. Sehingga jasa besar beliau, terhadap berdirinya Majapahit tetap menjadi kebanggaan masyarakat Tuban hingga saat ini.


Penulis,
Ahmad Ali Zainul Sofan
(Cah Jatirogo dan Mahasiswa UIN Walisngo Semarang)

Komentar

Kiriman Paling Ngehits

DAR, DER, DOR, Kisah Dramatis Petugas Saat Melumpuhkan Pelaku Teror di Tuban

Pantaskah Tuban Sebagai Syurga Menurut Al-Quran?

Presiden RI, Bumi Wali, dan KIT

Masalah Patung, Ada Oknum yang Ingin Mengadu Domba Pribumi dengan Tionghoa Tuban