Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Mencintai “TAI” Ibu Pertiwi

Gambar
Foto: Istimewa Sebelum makan siang perut sudah mulai keroncongan menghirup aroma masakan seorang kawan dari Jakarta. Menu masakannya special “oseng-oseng kangkung”, pucaknya aroma masakan kawanku itu bersarang di sela-sela lubang hidung sehingga bersin pun tak bisa berhenti. Tibalah pada saatnya menyantap kangkung sekaligus memanjakan lidah kering ini. Seusai makan siang bersama terceletuk mulut dari kawanku dengan kalimat “TAI perlu kita cintai, sebab kita sudah mati rasa”. Seketika itu saya serasa ingin muntah, karena kata awal merasuk dalam otak saya sebagai benda berkonotasi jorok, apalagi usai makan, perut ini rasanya ingin sekali berontak dan menampar mulut kawanku. Aku tahan amarah nafsu makanku itu, aku dengarkan lagi kalimatnya sambil berharap ia menjelaskan TAI itu apa. Tibalah ia di akhir kalimatnya dengan nada sedikit berontak juga seperti seorang pengamat yang sedang membahas tentang negara. “TAI kita harus dijunjung, itulah harga diri sebagai bangsa dengan menc

Negara Kuliner Republik Indonesia

Gambar
Foto: Istimewa Sepanjang jarak mata melihat Indonesia, negri katulistiwa yang sangat kaya raya ini tidak perlu diragukan lagi. Baik dalam sisi kebudayaan, adat, bahasa, agama, semua campur aduk bak hidangan yang siap santap. NKRI kepanjangan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia digenggam setiap rakyatnya mempunyai nilai harga mati. Harga yang tak bias ditawar-tawar, karena siapapun saja yang hendak menjajaki kemampuan Indonesia, maka ia harus siap menghadapi kekuatan rakyatnya yang amat besar. Binekha Tunggal Ika juga ikut serta sebagai bentuk keragaman yang ada, terbukti dalam keberagamaan saja Indonesia mengasuh sekaligus merasakan keindahan perbedaan kepercayaan dan penganut yang berbeda. Belum lagi soal aliran, memang jika membicarakan Indonesia tidak ada habisnya. Mungkin jikalau ada orang bercerita asal muasal leluhur mulai dari Nabi Adam hingga 72 tahun kemerdekaan Indonesia, negeri katulistiwa inilah yang akan sering mereka singgung. Pancasila sebagai idiologi das

Peluit Wasit Vs Peluit Tukang Parkir

Gambar
Foto: Istimewa Perhelatan Sea Gemes 2017 di Malaysia menuai perhatian penuh oleh semua kalangan, terutama setelah pemberitaan media di Indonesia menayangkan beberapa atlit Indoensia dicurangi, sehingga ada yang WO dari pertandingan dan memancing seluruh amarah bangsa Indonesia. Pak Menpora juga agak geram melihat kompetisi akbar ini tercedirai oleh perlakuan Wasit. Tak luput juga para atlit bercucuran air mata atas kejadian ini, sebab ia merasa gagal mengharumkan nama Indonesia. Kontroversi terjadi ketika wasit yang memimpin pertandingan Indonesia Vs Malaysia tampak terlihat membela Malaysia, harusnya Indonesia mendapat poin malah menggagalkannya, sudah jelas Evan Dimas korban pelanggaran malah mendapat kartu kuning. Olah raga itu semacam permainan yang setiap pemainnya dituntut untuk serius selama pertandingan berlangsung. Wasit tampil sebagai penegak untuk menghidari terjadinya kecurangan. Setiap permainan pasti rawan akan hal-hal bertindak segalanya demi memenangkan kompe

"Malam Tirakatan" Mewariskan Nasionalisme kepada Anak-Cucu

Gambar
Foto: Istimewa Setiap menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) RI semua rakyat hingga pemerintah tumpah ruah, berlomba-lomba membentuk event dalam rangka mewujudkan nasionalismenya sebagai bangsa. Fenomena menarik di Indonesia munculnya tradisi yang hampir tidak dimiliki oleh bangsa manapun. Kalau menjelang hari raya Idhul Fitri, tradisi mudik, pulang ke kampung halaman menjadi adat yang tak bisa diputuskan. Nah, ini ada tradisi semacam malam perayaan pra tanggal 17 Agustus. Setiap warga di kampung-kampung, pelosok desa sekalipun mempercantik tatanan desa hingga halaman rumahnya. Sang saka merah putih berkibar di depan rumah, jenis umbul-umbul berjejer rapi di jaan-jalan. Pokoknya kain berwarna merah-putih seolah menjadi bahan keramat.  Kecintaan rakyat Indonesia terhadap negaranya tidak bisa diputus oleh siapa pun, sejak merdeka tahun 1945 entah bagaimana pola perilaku para pelaku sejarah kemerdekaan kepada generasinya, sampai membuat hati mereka tak tertawarkan demi NKRI. Slogan N

Ya Sepak Bola, Ya Binekha Tunggal Ika

Gambar
Foto: Istimewa Seluruh penjuru plosok Indonesia bersiap-siap untuk menyaksikan laga bergengsi antara Indonesia Vs Malaysia. Semua elemen ingin terlibat dalam euforia penuh gengsi ini dan tidak ingin melewatkan seper sekon dari jalannya pertandingan ini. Di kampung-kampung, di warung, hingga di pinggir-pinggri jalan sudah mulai siap dipasangi umbil-umbul dan pernak-pernik Timnas Indonesia yang semakin hari semakin menujukkan performa apiknya usai PSSI berurusan dengan FIFA. Rakyat hampir tidak tahu FIFA itu makanan apa, yang jelas mereka saat menyaksikan pertandingan sepak bolah di tv sering menjumpai tulisan itu di spanduk atau papan sponsor. Bagi rakyat dalam sepok bola adalah bisa meluapkan ekpresi dukungan terhadap salah satu tim kebangganya. Sepak bola begitu mendarah mendaging sampai masuk ke dalam hati setiap orang, laga-laga bergengsi di Indoensia mulai dari liga, hingga kejuaraan antar negara, disitu Indonesia turut ikut serta, semua orang yang tergabung dalam kelomp

Mahasiswa Universitas Kernet Indonesia

Gambar
Foto: Istimewa Terminal Terboyo sebagai “jujukan” seluruh penumpang bus dari berbagai jurusan yang hendak meminjakkan kakinya di tanah Semarang. Kota dengan nuansa sejuk campur panas menyimpan sejuta harta yang semua akan terpikat melihat pesona Semarang. Tak lain para mahasiswa yang menempuh perguruan tinggi di Semarang sangat kenal dengan yang namanya terminal Terboyo, mulai dari UNDIP, UIN Walisongo, UNNES, dan beberapa kampus yang lainnya turut menyumbang APBD dari mahasiswa yang berasal dari berbagai penjuru daerah. Para mahasiswa sudah masuk tahun ajaran baru dan mulai masuk mengikuti kegiatan pengenalan perdana akademik di kampusnya. Satu persatu dari mereka ditawari oleh kernet Terboyo hendak mau pergi ke UNDIP, UNNES, atau UIN Walisongo. Rata-rata mereka yang masih baru masih tampak polos, kerap kali mereka selalu diejek para perkumpulan kernet terminal, hampir mereka tidak meyebut di kawasan manakah kampus mereka berada, mereka hanya menyebut mau ke UIN, UNNES,

Bukan Sekadar “Ompreng”, Siapakah Dia?

Gambar
Foto: Istimewa Mendengar nama ompreng telinga kita akan memerintahkan otak dan mempekerjakan seluruh sel-sel tubuh untuk menuju pada satu titik alat perabot rumah tangga. Yah, itulah ompreng, dia terbentuk wadah untuk memasak berbahan dasar seng di desain sedemikian rupan sehingga menjadi alat yang bermanfaat. Keberadaannya sebagai kebutuhan pokok manusia untuk keberlangsungan hidup. Ia selalu menjadi tumbal terakir. Dirinya rela di taruh tempat-tempat yang kebanyakan manusia selalu jijik mendekatinya. Tak hanya itu saja, ompreng berjasa terhadap bahan makanan yang sedang diolah untuk dikonsumsi manusia. Bayangkan kita hidup tanpa ompreng apalah jadinya keadaan rumah tangga yang sudah terjalin sedemikian rupa. Manusia selalu melihat sesuatu keadaan hanya sepenggal dan dari sudut yang sempit. Ketika ada barang bagus di sebuah toko mereka langsung tertarik dan sebisa mungkin untuk membelinya, sedangkan barang itu sudah ada dirumah. Nafsu untuk selalu memiliki tumbuh secara con

Kobaran Semangat dalam Penjaringan Mahasiswa Baru Asal Tuban

Gambar
aksi wawaraca oleh Ketua Umum, bukan merayu Rangkaian acara Pengenalan Budaya Akademik dan Mahasiswa (PBAK) di kamapus UIN Walisongo Semarang mendapat perhatian bagi semua organisasi daerah yang ada diseluruh Indoenesia. Ya, agenda ini merupakan mementum terpenting guna menjaring mahasiswa baru untuk bergabung bersama komunitas Organisasi Daerah (orda) yang sudah ada. Ikatan Silaturahmi Mahasiswa Ronggolawe (ISMARO TUBAN) merupakan salah satu orda yang paling antusias. Sejak awal dibukanya pada hari Senin, 21 Agustus kemarin sudah membuka  stand de kampus tiga sebagi pusat kegiatan PBAK. Abdul Mufidi Muzayyin selaku ketua umum mengajak seluruh jajaran pegurus dan anggotanya untuk ikut serta dalam penjaringan mahsiswa baru asal Tuban, dalam stand ISMARO juga ada beberapa stand orda lain yang saling membantu untuk mengidentifikasi mahasiswa baru berasal dari daerah. Hal ini sangat penting untu keberlangsungan silaturahmi sebagai anak daerah. Sebab fakta dilapangan kebanyakan m

"Cak Izun" Pakar Ilmu Falak Muda Training Santri Ma'had Aly Al-Hasaniyyah Tentang Gerhana Bulan

Gambar
Foto: Cak Izun sedang memberikan materi gerhana bulan kepada santri Ma'had Aly Al-Hasaniyyah Setelah diterbitkannya SK Ma'had 'Aly oleh Kementrian Agama pada bulan Juli 2017, Ma'had Aly Al-Hasaniyyah telah resmi menyelenggarakan Pendidikan Tinggi yang diakui oleh Pemerintah. "Sebenarnya, sebelumnya sudah ada level pendidikan pasca Madrasah Aliyah di Yayasan Al-Hasaniyyah, yaitu yang biasa disebut dengan Muhadhoroh. Muhadhoroh inilah  yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Ma'had Aly ini" tutur KH. Abdullah Hasyim selaku Direktur  Ma'had Aly. Pembukaan Ma'had 'Aly ini beriringan dengan adanya momentum fenomena gejala alam Gerhana Bulan. Sehingga di awal perkuliahan, Mahasantri dibekali dengan penjelasan tentang Gerhana Bulan. Hal ini penting karena menyangkut kapan teori pelaksanaan ibadah shalat gerhana Bulan bisa diimplementasikan. Dalam Forum ini, M. Ihtirozun Ni'am menjelaskan bahwa Gerhana Bulan yan

Masalah Patung, Ada Oknum yang Ingin Mengadu Domba Pribumi dengan Tionghoa Tuban

Gambar
Foto; Istimewa Tuban – Hebohnya patung dewa perang di Klenteng Kwik San Bio Tuban menjadi viral di dunia maya. Klenteng terbesar se-Asia Tenggara ini berdiri kokoh sejak zaman kerajaan dahulu. Disana berdiri patung Kwan Sing Tee Koen setinggi 30 meter lebih. Keberadaanya berfungsi sebagai tempat wisata bagi pengunjung di klenteng Kwik San Bio. Diketahui berita tesebut muncul dari sosial media dengan gambar patung terebut dibandingkan dengan patung Jendral Sudirman. Kamis, (08/03/2017) Atas kasus tersebut Abdu Mufidi Muzayyin, Ketum Ikatan Silaturuahmi Mahasiswa Ronggolawe (ISMARO) Tuban ikut berkomntar aas kejadian tersebut. Ia mengaku turut kecewa atas kejadia ini, menurutnya tidak ada masalah adanya patung tersebut, lebih dalam ia menyoroti adanya fihak-fihak yang ingin mengadu domba pribumi dengan warga tionghoa di Tuban. “Adanya patung tersebut sebenarnya tidak masalah, justru akan menarik daya wisata di Kabupaten Tuban. Atas hebohnya patung dewa perang Kwan Sing Tee

Gang Buntu Indonesia

Gambar
Foto : Istimewa Geliat perkembangan globalisasi yang mampu merubah segala bentuk cara berifikir manusia hingga sikap kepribadiannya. Setiap orang terpaksa harus mau menerima proses perubahan dunia yang terjadi setiap detik, perubahan siklus mata uang rupiah dengan dollar Amerika bisa dipantau melalui Index Saham Gabungan (IHSG). Betapa dahsayatnya dunia global ini, masayarakat yang sudah kenyang dengan faham dan adat istiadat lokal digerojok terus-menerus dengan istilah yang sesungguhnya mereka tidak begitu faham. Butuh waktu lama untuk menghitung secara detail ragam bahasa, budaya, suku, senjata, rumah adat, hingga upacara kebudayaan di seluruh belahan Nusantara ini. Kita hanya tahu dari informasi pemerintah yang bersifat hipotesa semata, artinya semua identitas kekayaan yang dimiliki Indonesia masih benyak yang belum diketahui, untuk itu dunia global berupaya terus menurus masuh ke jalan-jalan protokol, jalan daerah, hingga gang buntu Indonesia. Sasaranya Indonesia, ya, se