Begawan Tuban
Dalam
cerita pewayangan, istlah Begawan hadir sebagi sosok yang sangat tinggi kedudukannya.
Posisinya sangat penting, sebagai seorang yang dituntu mengusai ilmu agama,
juga sebagai konsultan para Raja. Begawan Ismoyo, Begawan Abiyasa sebagai pilar
utama Hastinapura. Khasanah kedaerahan, Tuban sebagai kota kecil bagian dari
Provinsi Jawa Timur, terletak di pantai utara Jawa, perbatasan antara Jawa
Tengah dan Jawa Timur mempunyai sejarah manis dalam perjalanan kerajaan-kerajaan
Nusantara. Mungkin bagi Indonesia sendiri Tuban merupakan kabupaten kecil di
pentai utara Jawa. Kesadaran nasionalisme Indonesia tentang wawasan kedaerahan
saya kira masih sangat kurang.
Perjalanan
panjang sejak 723 tahun yang lalu para Begawan Tuban sudah mulai mengabdikan
dirinya kepada bangsa Nusantara. Sejak zaman kerajaan Singosari, Majapahit,
Demak, hingga Mataram tokoh-tokoh besar hadir dari Tuban. Bukan berarti di
daerah lain tidak ada tokoh sehebat orang Tuban, tentu banyak. Dalam hal ini
unggul di berbagi aspek, baik itu kesenian, kebudayaan, ekonomi, sosial, dan
lain sebagainya.
Kanjeng
Sunan Kalijaga, putra Adipati Wilatikta, sebagai Begawan Agung dalam segala
kehidupan. Sosoknya sangat dicintai oleh rakyat sampai saat ini. Hasil dari karya
beliau masih diwarisi secra turun menurun. Peranan asli beliau dalam sebuah
adegan perjalana kerajaan Nusantara sebagai aktor politik untuk menata sistem
negara. Perpindahan Majaphit berlabel Hindu-Budha, di sempurnakan oleh Raden
Sahid menjadi bentuk negara berlabel Islam. Tapi belum ada MUI sebagai pelabel
sebuah produk.
Mungkin
yang kita kenal beliau dakwah dengan kesenian, wayang, dan kebudayaan. Itu hanya
20 persen dari peranan yang beliau lakukan. Demak sebuah kerajaan, rajanya
bergelar Sultan, setting politinya Walisongo yang di komandoi Sunan Kalijaga. Hubungan
antara Ulama’ dan Umaro’ sangat harmonis pada masa Demak. Hal itu terjadi
karena raja-raja Demak merupakan keturunan langsung Prabu Brawijaya V dimana
beliau masuk Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga yang rela melakukan perjalanan
pulang pergi Gunung Lawu-Keraton Demak. sebab, di akhir masa kehidupan Brawijaya
V sampai masuk Islam ketika bertapa di Gunung Lawu.
Indonesia
dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah didukung penuh oleh putra
daerah, perang-perang yang terjadi saat momentum melawan penjajah di berbagai
daerah merupakan peristiwa besar yang di catat rapi oleh sejarah. Sejarah sendiri
melupakan ibu kandungnya, sejarah saat ini hanya mengekor kepada ibu tirinya. Kalau
tidak sesuai dengan pemikiran barat, maka tidak akan tercantum dalam catatan
UNESCO. Para Begawan sebenarnya tidak perduli untuk diakui, masalahnya adalah
anak-cucunya tidak tahu siapa kakeknya, siapa ibunya, siapa orang tuanya. Ini hal
sepele, sebenarnya besar dampaknya. Fakta yang akan terjadi adalah gesekan
dalam tubuh NU dan Muhamammdiyah sulit untuk duduk bareng dalam menentukan
fatwa. FPI, HTI, Persis, sebagai musuh bersama kelompok radikal, belum lagi
kehadiran Syiah dan Wahabi.
Tengelamnya
peranan Begawan seperti Sunan Kalijaga merupakan hasil dari Sejarah yang lupa
ibunya. Peristiwa “Ganyang Malaysia” yang
di dengungkan oleh Bung Karno bagian dari ulah CIA, Intelejen Amerika untuk
merebut Freepot. Saat itu bersamaan
dengan dihujatnya grup musik Koes Bersaudara oleh Bung Karno karena lagunya Ngak-Ngik-Ngok, mdiantara mereka adalah
Tony Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Keswoyo. Mereka merupakan
pahlawan Tuban yang rela di suruh akting oleh Bung Karno, dipenjara kurang
lebih tiga bulan, sehingga mereka akan lari ke Malaysia, diam-diam menjadi
intel Indonesia untuk mengawasi gerak-gerik Malaysia. Sebelum hal itu terjadi
Bung Karno dijatuhkan.
Mereka
semuanya adalah patriot Republik Indonesia yang ikhlas untuk membela tanah
airnya. Begawan Tuban yang mengabdikan dirinya kepada negara dan bangsa
semata-mata hanya untuk membentuk karakter asli bangsa. Tamu bernana
Globalisasi turut mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia, hadirnya teknologi
sebagai konsumsi publik akan berpengaruh besar terhadap rayat Indonesia. Keberadaannya
memaksa untuk melakukan sesuatu dengan singkat. Kalau mau makan tidak perlu
masak atau ke warung, tinggal pencet langsung datang, biasa dikenal denga
istilah Delivery.
Letak
masalahnya adalah ketika dunia global ditelan secara mentah tanpa di masak
dengan racikan bumbu asli dari warisan para Begawan akan menjadikan anak bangsa
ini manja dan selalu masuk angin. Sehingga dalam menjalani roda kehidupan
selalu merasa takut seiring datangnya masalah atau dinamika hidup. Perlunya nilai
luhur yang diwariskan para begawan kita adalah untuk memangku para tamu yang
datang ke rumah kita. Jowo digowo, Arab
digarap, Barat diruwat. Ajaran yang sudah sangat jelah bahwa yang menajadi
dasar adalah ketika Allah memerintahkanmu menjadi orang Jawa, jangan engkau
mengingkari perintah Allah disuruh menjadi orang Jawa malah ingin menjadi orang
lain, kalau sudah pintar teknoligi menjadi kebarat-baratan, kaau sudah tahu
tentang Islam berubah menajadi orang Arab. Esensi dari kita menguasai segala
hal adalah memangku guna menjadi
bekal dimasa mendatang, kemungkinan besar akan datang tantangan yang baru.
Dua
begawan besar yang pernah lahir, sehingga melahirkan tokoh pejuang kemerdekaan
adalah HOS Tjokroaminto yang mempunyai murid seperti Bung Karno, Sjahrir,
Soebarjo dan lain-lain. Disisi lain ada Syaikhona Kholil Bangkalan yang
mempinyai murid Hasyim As’ari dan Ahmad Dahlan, adalah dua orang yang mewarisi
dunia pergerakan nasional dengan lahirnya NU dan Muhammadiyah. Masing-masih
dari Pak Tjokro dan Syaikhona Kholil memiliki peranan yang berbeda, pergerakan
beliau terbagi dalam dua hal yaitu bagaimana membentuk negara yang sesuai
dengan ajaran luhur nenek moyang dan merawat Islam sebagai ajaran yang penuh
dengan warna-warni tanpa menghilangkan satu pun adat-istiadat masyarakat
setempat.
Tentu
beliau juga banyak belajar dari para Begawan terdahulu, karena watak asli bangsa
Indonesia adalah selalu menjaga warisan luhur nenek moyangnya sampai
turun-temurun. Layaknya pohon mangga ia akan terus berbuah mangga sekali pun
itu sering diambil oleh manusia. Tantanganya adalah tamu-tamu yang datang ke
rumah kita dengan berbagai kedok yang beraneka ragam sering kali dilakukan
tidak selayaknya tamu. Kalau kedatangan tamu dirumah pasti ada perlakuakn khusus
kepada tamu sebagaimana kita sudah mengenal mereka. Ada tamu yang hanya kita
persilahkan untuk duduk di teras rumah, ada yang di perbolehkan masuk, ada yang
boleh sampai ke dapur, ambil minum sendiri, tetapi tidak ada tamu yang boleh
masuk ke kamar kita. Artinya, struktur bangunan rumah saja ada aturanya,
apalagi negara. Harus jelas bagaimana konstitusi dan Undang-undangnya sehingga
tidak sembaranga tamu kita persilahkan menjelajah bagungan yang ada dirumah
kita, sesuai dengan ajaran luhur para Begawan.
Fonemena
kapitalisme global saat ini, khususnya daerah Tuban sebagai darah yang melahirkan
begawan-begawan agung mendapat tantangan besar dalam berbagai aspek. Kebudyaan yang
menjadi pilar utama masyarakat semakin luntur ditinggalkan semenjak para tamu
yang datang menawarkan produk baru berlabel unggulan standart interasonal. Tentunya
hal ini harus difikirkan secara matang, kolabrasi antara Ulama’ dan Umaro’
harus tampak, sehingga masyarakat dalam menontonnya akan merasa gembira dan
aman jikalau ajaran luhur begawan dilakukan secara serius. Pertanyaan besarnya
bagaiaman para pelaku aktor birokrasi, tokoh masyarakat dan lain sebagainya
dalam menjamu tamu yang datang ke Istana Tuban tercinta ini?, tentu anda harus
pandai bersikap untuk menjamu para tamu-tamu. Karena itu merupakan ajaran dari
para Begawan yang kita banggakan.
Penulis,
Ahmad Ali
Zainul Sofan
(Cah Jatirogo Dan
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)
Komentar
Posting Komentar