Presiden RI, Bumi Wali, dan KIT
Ilustrasi |
Indonesia
sebagai negara yang luasnya sepertiga dunia mengundang pesona bagi makhluk yang
ada di bumi. Negara dengan bentuk repubilk inalah mempunyai sejarah panjang
yang tak bisa dilupakana. Setiap daerah mempunyai peranan bagi kejayaan
Indonesia, mulai era presiden Soekarno, Soeharto, BJ.Habibi, Gus Dur, Megawati,
SBY, dan Jokowi menorehkan prestasi-prestasi beraneka ragamnya. Prestasi itu
mereka dapatkan dari sumbangsih daerah-daerah yang ada di Indonesia, utamanya
pulau Jawa yang terkenal dengan sesepuh Nusantara. menagapa demikian? Karena
sebenarnya Indoensia tanpa daerah-daerah, suku, ras, etnik tidak berarti
apa-apa.
Logikanya
adalah ibarat gado-gado itu dari berbagai jenis, ada lontong, kentang, tahu,
bumbu, kolbis, timun, telor, kerupuk, dan lain-lain. Jadi gado-gado ada ketika
aneka ragam jenis tersebut menyatu. Kalau berbagai manakan itu tidak ada maka
tidak bisa kita menyebut gado-gado. Itulah analogi mengenai Indonesia, sehingga
Binekha Tunggal Ika menjadi dasar bagaimana menerapkan perbedaan tegaknya
sebuah negara. Yang terpenting bagi saya mengenai Indonesia adalah
daerah-daerah atau kabupaten yang ada, presiden sebagai simbol negara hanyalah
korlap dari pemerintah untuk melayani rakyat. Apa artinya presiden ketika
kepala daerah membrontaknya. Sama sekali tidak ada gunanya menjadi presiden.
Bentuk
negara berupa republik juga ditiru di berbagai daerah di Indonesia, tetapi
bukan sebuah negara, melainkan slogan sebagai identitas daerah seperti halnya
take line "Bumi Wali" yang dimiliki kabupaten Tuban, Jawa Timur. Unik
memang ketika mendengar dua kata maknanya sangat dalam, juga memiliki peranan
sejarah yang panjang bagi bangsa Indonesia. Slogan "Bumi Wali"
diambil pada era Bupati H. Fathul Huda, tentu tidak sembarang bupati ke 52
Tuban dalam mengambil slogan bumi wali, pasti ada pertimbangan yang mendalam
mengenai itu. Sebelum itu terkenal dengan "Bumi Ronggolawe".
Bumi
Wali sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat Tuban sendiri, sebab di Tuban
banyak dijumpai makam para waliyulloh, seperti Sunan Bonang dan Kakeknya, Sunan
Bejagung, Sunab Geseng, Adipati Wilatikta (ayah Raden Sahid), dan yang lainya.
Lantas apa bedanya Bumi Wali dengan Bumi Ronggolawe? Apakah Ronggolawe bukan
seorang wali sehingga slogan tersebut diganti? Saya rasa Ronggolawe adalah
sosok yang sangat dicintai oleh Allah. Sebab beliau menjadi kebanggan mayarakat
Tuban, bahkan suporter sepak bola Persatu Tuban namanya Ronggomania, bukan
Walimania. Apakah para suporte tersebut tidak mengenal para waliyulloh? Saya
rasa mereka mempunyai martabat sehingga mampu memilih bagaimana dalam mengambil
keputusan yang tepat, sebab sangat wagu kalau suporternya Sunan Bonang Mania.
Masyarakat Tuban mulai dari tukang becak, pedagang, buruh, hingga pemerintah
sangat tau mengenai apa yang harus dilakukan.
Presiden
Republik Indonesia pertama, Bung Karno pernah berkunjung ke Tuban pada tahun
1955, terlihat dalam foto yang bisa kita saksikan di perpustakaan daerah Tuban
begitu luar biasa euforia masyarakat Tuban yang menyaksikan pidato Bung Karno,
dua kali lipat penonton konser Slank. Hal tersebut tersirat sebuah pesan
mendalam betapa mesranya pemimpin dan rakyatnya.
Pemimpin
sejati ketika memikirkan rakyat secara ikhlas, dan rakyat rela berkorban hanya
menyaksikan pidatonya karena ia memberikan semangat kepada yang memikirnkanya.
Bukan hanya Bung Karno, Soeharto, B.J. Habibi, Gus Dur, apalagi ketika naiknya
Gus Dur menjadi presiden, KH. Abdullah Faqih. Alm (pengasuh ponpes Langitan
Tuban) yang memberikan restu, dan dianggap sebagai orang yang paling tua di
mata Gus Dur, Megawati juga pernah maju dalam bursa pencalonan presiden pada
tahun 2004 dengan wakilnya KH. Hasyim Muzadi, mantan Ketum PB NU asli Tuban,
Susilo Bambang Yudhoyono, serta Joko Widodo tercatat selama kepemimpinannya
sudah dua kali berkunjung ke Tuban.
Suatu
prestasi besar bagi masyarakat Tuban, daerahnya tidak luput dari kunjungan
Presiden RI, baik itu dalam rangka jumpa dengan rakyat juga kunjungan kerja
proyek pemerintah, seperti yang dilakukan presiden Joko Widodo dan Wapresnya
Jusuf Kalla di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), perusahaan
kilang minyak di Kecamatan Jenu. Kewajiban sebagai presiden untuk mengontrol
secara langsung aset negara yang berada di Bumi Wali Tuban.
Selain
TPPI daerah Jenu ada juga Kawasan Industri Tuban (KIT) yang luasnya
diperkirakan mencapai 49.210,65 Ha. Keberadaan KIT sendiri justru akan
mendongkrak perekonomian Tuban sendiri, 459 perusahaan sudah melamarnya,
masyarakat Bumi Wali tidak perlu repot untuk mencari pekerjaan hingga keluar
daerah, cukup memaksimalkan industri di Bumi Wali sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Fakta yang terjadi adalah masih banyaknya kesenjangan karena
masih tidak jelasnya oprasional KIT. Aset milik swasta tersebut masih terlihat
mangkrak, hanya terlihat tulisan besar Kawasan Industri Tuban di pinggir jalan
serupa dengan Tuban Bumi Wali didepan kantor DPRD Tuban.
Pemerintah
pusat sebagai pemeran utama tatanan bernegara dibawah komando presiden perlu
melakukan rodormasi birokrasi yang signifikan sesuai sengan amanat
undang-undang yang logis untuk bisa dijalankan. Amandemen undang-undang dasar
2002 menjadi degradasi negara Republik Indonesia, keberadaan rakyat yang
selayaknya mendapatkan kesejahteraan dari hasil sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia perlu dilaksanakan. Bumi Wali begitu fonomenal selayaknya dapat
memangku masyatakat yang masih teroisolasi dengan keadaan berupa tekanan para
pengembang. Presiden RI tidak bisa sendirian dalam menjalankan roda
pemerintahan, bantuan para mentri dan pondasi kepala daerah masih kurang tanpa
adanya sikap pandhita, atau memiliki
tingkat religiusitas lebih.
KIT
tengah berdiri tegak diantara hiruk pikuk kehidupan masih belum mempunyai arah
kemana ia akan berjalan. Pemerintah pusat melalui pemda sebagai garda terdepan
untuk menentukan kebijakan yang menentukan nasib warganya. Dalam Islam ada
takdir, ada qada' & qodar, apalagi tingkat keberagamaan masyarakat Bumi
Wali tidak bisa diremehkan, bukti nyata tersebarnya ponpes dari bagian barat
wilayah hingga timur perbatasan kabupaten Lamongan dari utara hingga selatan
perbatasan kabutapan Bojonegoro. Sebenarnya pondasinya sudah sangat kuat untuk
membangun pendopo daerah yang bermartabat. Kelemahannya hanya tukangnya yang
masih belum tahu mau membangun apa, alatnya apa saja, desainya bagaimana,
padahal anggaran dari pajak rakyat tidak mungkin kurang.
Jangan
sampai para pengembang sebagai tamu di Bumi Wali menjarah harta kekayaan
sehingga kesengsaraan semakin berkembang biak. Kekesalan rakyat pasti sudah
mulai nampak, namun mereka masih belum menentukan arah pelampiasan kemarahnaya
kepada siapa, kasih sayang masyarakat Bumi Wali sangat tinggi, keberanian dalam
bersikap juga tak kalah hebatnya. Kalau Islam mengajarkan Amar Ma'rauf Nahi
Munkar, begitu baiknya Presiden RI kepada pengembang sehingga mempersilahkan
membangun rumah di Bumi Wali salah satunya, begitu hebatnya rakyat Bumi Wali
membiarkan kemunkaran yang pasti itu akan menyengsarakannya. Hal ini bisa
membuat para malaikat kebingunan, mau mencatat amal buruk bagi pengembang dan
pemerintah, disisi lain rakyat Bumi Wali memafkan dan selalu mendoakan mereka
untuk diberikan hidayah oleh Allah Swt
Penulis
Ahmad Ali Zainul Sofan
(Cah Jatirogo, Mahasiswa KPI UIN Walisongo)
Komentar
Posting Komentar