Melestarikan Dolanan Anak Zaman Now


Siapa yang tidak mengenal dolanan anak, salah satu permainan yang kerap kali dilakukan oleh kumpulan dari kelompok anak-anak di kampung-kampus, desa, yang semuanya hanya ada di Indonesia. Beberapa sumber catatan menilai bahwa dolanan anak yang ada di Indonesia jumlahnya hingga ratusan ribu. Khusus di Jawa sendiri ada sekitar lima puluh ribu jenis. Mungkin yang paling terkenal adalah Jamuran, Obak Sodor, Jaranan, Gunungan, Jumpritan, Nekeran, Delikan, Cublek-Cublek Suweng, dan lain-lainya.  Secara keseluruahn permainan ini bertujuan untuk mencipkatan kegembiraan dan kebahagiaan anak sehingga mereka akan melakukan sebuah kombinasi dan kolaborasi satu dengan yang lainnya. 

Permainan merupakan sebuah aktiftas yang didalamnya harus serius melakukannya, padahal hanya sebuah permainan. Sebab dalam melakukan sesuatu posisi keseriusan merupakan bagian dari titik inti fokus guna mencari sebuah kesimpulan dan nilai secara keseluruhan dalam sebuah permainana. Seperti halnya Delikan, model permainannya sangat sederhanya. Satu diantara beberapa orang ada yang menjadi penjaga tiang, bisa iitu tiang listrik, atau tiang benderang. Asal jangan ditabrak. Tiang itu berfungsi sebagai tanda semua orang yang sembunyi akan menyentuh. Sedangkan yang menjadi penjaganya mencari orang yang sembunyi, dan ketika ketahuan maka mereka akan berlari berebut siapa yang duluan menyentuh tiang tersebut, maka siapa yang tertinggal akan menjadi penjaga tiang. 

Permainan semacam Delikan membutuhkan daya fisik yang prima, sebab siapa yang lairnya kencang maka ia yang akan menang. Serta ketelitian dan harus mempunyai kemampuan telik sandi  guna mencari orang yang sedang bersembunyi. Dan apabila yang sembunyi ketahuan sang penjaga tiang akan memberikan kodeDooorrr... pertanda ada yang ketahuan. Maka yang lain pun juga siap-siap jika ketahuan akan memprsiapkan fisiknya berlari dengan penjagaa tiang

Menarik mememang menikmati dolanan anak sebagaimana yang dulu waktu kecil sering dilakukan dengan penuh kemesraan, maka rasa cinta dan peduli satu sama lain tumbuh pelan-pelan dari usia dini dan akan berimbas kelak dihari tua nantinya. Hal semacam ini semestinya perlu untuk diwariskan secara terus menrus hingga saat ini. Seiring bergesernya arus global yang melanda dunia hingga Indonesia juga merasakkannya, dolanan anak seperti yang dilakukan anak-anak era 2000an sudah mulai terkikis. Kebebasan teknologi mempu menyerang alam fikir anak-anak sekarang, atau yang sedang ngetren kids zaman now. Bangga dengan bahasa asing, dan minder dengan bahasa sendiri yang juah lebih kaya makna dan filosofinya.

Melestarikan dolanan anak memang perlu membuthkan adaptasi dengan perkembangan global. Susah kita memaksa anak yang sedang asyik dengan gadgetnya disuruh untuk main jamuran atau obak sodor. Mereka lebih menikmati browsing dan nonton you tube, sebab suguhan instan tersebut sudah memberi mereka kepuasan yang lebih ketimbang kebersamaan dengan teman-temannya. Itu ibarat orang yang sedang asyik menikmati dunia tiba-tida disuruh zuhud, atau seorang kongklomerat disuruh naik gledekan. 

Secara pelan beberapa kawan akrab yang sudah menjadi saudara mencoba mengulas sebuah permainan yang mirip dengan model era tahun 2000an. Yaitu model permainan A,B,C,D,E... sebuah tebakan nama benda yang mana setiap pemainnya mengajukan jarinya, dihitung dengan abjad sampai terakir hitungan jatuh pada huruf apa. Misal terakir jatuhnya huruf K, sesuia dengan kesepakatan menyebut nama hewan maka semua wajib menyebut nama hewan yang awalannya K. Seperti Kidang, Kirek, Kancil, Kerapu, Kodok, Kambing, Kancil, dan lain-lainya. Bebas menggunkan bahasa Indonesia campur Jawa.

Model permainan ini membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi, tidak boleh sembarang, tidak boleh lengah, siapa yang paling belakang tidak bisa menyebutkan maka dia akan menerima hukuman. Hukuman pada malam itu adalah dibedaki, jadi yang terakir tidak bisa menjawab akan dibedaki oleh semua peserta. Disitulah momen yang sang ditunggu-tunggu, sebab memberikan hukuman sebuah kemerdekaan para pemian, jika sudah menyebut sejak awal perasaan akan menampakkan kebahagian, layaknya rahmat Tuhan turun kepada kita. Celakanya adalah jika tidak bisa menyebut dalam beberapa ronde maka wajah itu akan penuh bedak layaknya pemian ketoprak.

Biasanya jatuhnya huruf-hurf tertentu seperti A maka dengan suara keras hewan seperti ASU akan muncul lebih awal, C juga menjadi langganan CELENG, T akrab dengan TEKEK, jika K juga KIREK menjadi awalan. Entah apa yang membuat mereka cenderung dengan bangga dan sangat bebas merdeka menyebutkan nama hewan yang sering digunakan sebagai bahasa misuh. Ah, itu hanya kegembiraan mereka saja. Yang terpenting adalah ketika kita mengungkapkan apapun saja tanpa menyakiti orang lain, maka disitu letaknya cinta. Sebab kata tidak terpengaruh oleh kata-kata. 

Selayaknya generasi yang sedang viral Anak Zaman Now harus mampu menunjukkan kualitas kebudayaan yang terwariskan dalam dolanan anak. Sangat penting hal-hal semacam ini digali kemabli, sebab teknolgi modern hanya mencetak generasi individualis yang nantinya akan berdampak kepada karakter manja dan sifat ketergantungan terhadap sesuatu. Posisi dolanan anak harus diletakkan anak zaman now sebagai penyeimbang kegembiraan dan kebahagian siapa saja. Dengan kita melestarikan dolanan anak, apapun jenisnya maka kebahagiaan akan terus bersama kita. Sebab dalam dolanan anak ada harta karus yaitu dinamikan kemesraan dan gotong royong satu sama lain.

Penulis,
Ahmad Ali Zainul Sofan

Komentar

Kiriman Paling Ngehits

DAR, DER, DOR, Kisah Dramatis Petugas Saat Melumpuhkan Pelaku Teror di Tuban

Pantaskah Tuban Sebagai Syurga Menurut Al-Quran?

Presiden RI, Bumi Wali, dan KIT

Masalah Patung, Ada Oknum yang Ingin Mengadu Domba Pribumi dengan Tionghoa Tuban

Sowan Kanjeng Syekh Adipati Ranggalawe