Produk Tuban Untuk Nusantara

logo kabupaten Tuban

Baldhatun Toyyibatun Warobbun Ghofur, ungkapan Al-Quran yang menceritakan sebuah negeri dengan kemakmuran rakyat dan sumber daya alamnya serta Allah akan mengampuni kesalahannya. Dalam ungkapan Jawa Jer Basuki Mawa Bea Gemah Ripah Lohjinawi Tata Tentrem Kerto Raharjo, cuman ungkapan ini ada perbedaan dengan Al-Quran, terletak pada Warobbun Ghofur yang belum diungkapkan dalam falsafah jawa. Sejarah panjang tidak serta merta peristiwanya yang penting, harus ada nilai yang bisa diambil sehingga bisa dinikmati hingga generasinya. Hasil dari perjalanan sejarah berwujid prodak berupa peninggalan, baik itu benda atau tatanan nilai masyarakat. Nusanatara sudah dikenal banyak kalangan didunia, baik itu dari perjalanan sejarahnya hingga kekayaan alam yang dimilik.

Perjalanan sejarah tidak bisa lepas dari pelakunya. Kerajaan di Nusanatara salah satu bukti nyata, dari Kutai Kartanegara, Tarumanegara, Kalingga, hingga kerajaan Mataram Islam. Dari keseluruhan kerajaan tersebut menorehkan prestasi gemilang, sehingga dunia iri kepdanaya. Pulau Jawa sebagai wilayah yang dihuni para makhluk dengan kemampuan intelegen tingkat tinggi menjadi perhatian dan pertimbangan bangsa lain yang ingin memasukinya. Menurut catatan Cheng Ho melalui juru tulisnya Ma Huan, bahwa ulama dari Persia dengan missi Islamisasi banyak yang hilang terbunuh oleh pasukan iblis penghini Pulau Jawa, sehingga didatangkan ulama pilihan yang sanggup mengimbangi penghuni Pulau Jawa, salah satunya Syekh Subakhir.

Peristiwa Islamisasi Pulau Jawa mendapatkan banyak tantangan, maka catatan sejarahnya mengalami goresan begitu kompleks sehingga prodak yang dihasilkan bisa dinikmati oleh generasinya sampai sekarang. Pelaku sejarah tidak sembarangn dalam membangun peradaban baru. Para wali seperti Sunan Kalijaga, semua masyarakat sepakat bahwa melalui sentuhan dingin beliau peradaban baru Jawa memiliki nilai yang selaras dengan Islam. Selain beliau sebagai penyebar syi'ar ajaran Islam, sesungguhnya beliau adalah ahli politik tingkat dunia. Sejak runtunya Majapahit sampai berdirinya kerajaan Demak, beliaulah pemeran utamanya, mengubah tatanan nilai seroang raja, dari Majapahit rajanya disebut Prabu, masuk ke Demak rajanya disebut Sultan.

Pantas jika Sunan Kalijaga atau Raden Sahid ahli politik, sebab beliau anaknya Bupati Tuban, Tumenggung Wilatiktka, yang mempunyai garis keturunan langsung dengan Ronggolawe. Berbagai literatur, Ronggolawe atau Arya Adhikara merupakan anaknya Arya Wiraraja, tak lain beliau adalah penasehat utama Raden Wijaya dan operator berdirinya kerajaan Majapahit. Sentuhan dingin Sunan Kalijaga menata negara Demak sangat sulit dibayangkan. Mulai dari pergeseran dari Hindu Budha, menjadi Islam. Belum lagi meyakinkan masyarakat untuk memeluk Islam serta orang eks pemerintahan di bawah Majapahit. Siasat beliau pertamakali adalah mengambil hati Prabu Brawijaya V dan Mpu Supa selaku penasihatnya untuk memeluk Islam, sehingga nanti pelan-pelan rencana Sunan Kalijaga akan berjalan dengan lancar. Tidak mudah memang untuk melakukan susuatu yang akan menjadi peradaban besar. Dibutuhkan pertimbangan matang serta resep pilihan, sehingga hasilnya nikmat dirasakan.

Dari sisi Islamisasi Pulau Jawa dan politik, Sunan Kalijaga sudah menerapkanya, selain itu bidang kesenian juga beliau ramu dengan terciptanya transformasi wayang beber menjadi wayang kulit, pengarang tokoh Punakawan dalam kisah Mahabarata serta karangan beliau dibidang lagu berupa tembang Lir Ilir, Gundul Pacul, dan kidungnya terkenal bisa digunakan sebagai jimat ialah Kidung Rumekso Ing Wengi. Selain Sunan Kalijaga yang ahli dibidang kesenian adalah Raden Makhdum Ibrahim, biasa disebut Sunan Bonang, dakwah beliau menggunakan alat yang beliau ciptakan berupa Bonang inilah masyarakat Jawa berbondong-bondong memeluk Islam, semenjak beliau ditugasi ayahnya untuk menyebarkan Islam di wilayah Tuban, beliau sempat frustasi karena masyarakat belum menerima. Setelah medapat pentunjuk dari Allah melalui alat musik yang beliau ciptakan berupa Bonang, Kenong, dan Gong, keseluruhanny biasa disebut gamelan, maka masyarakat sangat antusias mengikuti Sunan Bonang, bahkan Brahmana besar asal India bernama Sakyakirti menjadi murod beliau dna bersedia masuk Islam. Ada satu lagi karya Sunan Bonang berupa lagu dalam Suluk Ling Lung. Bukan semabarang suluk, bagi siapa saja yang tidak kuat dalam mempelajari suluk tersbut bisa berakibat fatal, berupa gila. Solawat Badhar yang sampai sekarang di lantuntan juga merupakan karangan KH. Ali Mansyur keluarga dari Ponpes Makam Agung, sekarang As-Shomadiyyah Tuban

Masih banyak lagi catatan sejarah Nusanatara dari sisi kesenian saja kita bisa melihat siapa orangnya dan bagaimana kandungan nilai yang beliau ciptakan. Bidang musik yang pada abad 14 sudah ada dan begitu fenomenal, sejak Indonesia merdeka dikembangkan dengan alat musik modern, semua orang tahu mengenai grup musik Koes Bersaudara atau Koes Plus. Grup musik diduga pertama di Indoensia ini sentuhan dari Tony Koeswoyo dan adik-adiknya Nomo Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo. Grup musik yang sangat digandrungi masyarakat Indonesia sehingga sebagai legendaris musik Indonesia terkenal dengan lagunya Nusantara, I, II,III, IV, V VI. Bahkan dalam catatan sejarah lagu mereka pernah di curi oleh Mike Jeggerr, salah seorang personil grub band asal inggris The Beatles. Karya mereka juga tidak bisa kita remehkan, didunia ini tidak ada grup musik yang bisa mengarang 1000 lebih judul lagu, hanya Koes Plus yang mampu untuk melakukan itu.

Diakui atau tidak melalui sentuhan para pahlawan sejati peradaban Jawa sampai ke Nusantara melalui proses yang panjang, mereka para pelaku sejarah selain memiliki kemampuan lebih diatas rata-rata juga memiliki sikap dasar kecintaan terhadap tanah airnya. Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Koes Plus salah satu kecil pelaku peradaban baru Nusantara, bukan sebuah kemungkan catatan sejarah mereka berasal dari daerah kecil pantura bagian barat Jawa Timur, Kabupaten Tuban. Sejarah Tuban berperan penting dalam perjalanan Nusanatara hinggi kemerdekaan Indoensia. Dari proses Islamisasi saja kepala daerah pertama yang memeluk Islam di Pulau Jawa adalah Syekh Abdurahman atau Arya Teja, sehingga berestafet secara massal sampai seluruh kepala daerah pantai utara Jawa bersedia memeluk Islam.

Sebagi ibu yang melahirkan bangsa besar, sejak berdirinya Majapahit, Demak, Mataram, Pajang, Mataram Islam, hingga kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari sentuhan tangan dingin orang Tuban. Prodak Tuban terhadap Nusanatar sangat besar. Bukan berarti daerah lain tidak ada sumbangsihnya kepada Nusantara, tetapi sebagai bangsa yang besar dan mempunyai tingkat tata krama maka jangan sampai durhaka kepada ibunya. Indoensia negara sepertiga dunia tidak akan besar jikalau mereka kurang ajar kepada ibunya. Selain dari beberpa pelaku sejarah peradaban juga ada dibidang olahraga bulu tangkis seperti Maria Kristin Yulianti juara tiga Olimpiade Beijing 2008, sehingga membuat nama Indonesia harum mewangi didunia.

Bukan hanya sosok siapa dia, melainkan dari sisi sumber daya alam Tuban juga berperan dalam mendongkrak perekonomian nasional, kilang minyak TPPI Jenu senagai aset negara, tambang batu kapur kelas dunia, serta dua pabrik semen Holicym dan Semen Gresek. Masalah ini bukan untuk membanggakan bahwa Tuban yang paling hebat, melainkan mengingatkan kepada Indonesia jangan sampai lupa kepada orang tuanya, saat ini Indonesia lupa siapa dirinya. Nusantara sebagai bapak sudah dianiaya habis-habisan, kini giliran ibunya yang ditawarkan kepada orang asing. Saya hanya sekadar mengulas kembali perjuangan para leluhur kita, salah satunya seprti putra-putri daerah Tuban supaya bisa belajar kepada meraka, bahawa merakalah sebenarnya pahlawan sejati, pelaku terciptanya peradaban Nusantara

Ungkapan Al-Quran dan Jawa diatas memang layak konotasikan kepada Indonesia, melaikan masih kurang cocok untuk saat ini. Gemah ripah lohjinawe, keadaan lapangan masih saja ribut ngurusi pembangun, ribut mengenai pilkada, adu domba, memecah belah. Keseluruhan itu merupakan warisan dari kolonial, apakah kita akan terus-terusan seperti itu? Itu tergantung bagaimana sikap kita, untuk menggali apa sudah di ramu oleh para leluhur kita terdahulu minimal dari diri sendiri


Peodak yang dihasilkan para leluhur kita dahulu bukan berarti semuanya baik, ada sesuatu yang mungkin itu tidak pantas untuk diterapkan. Bapak ibu kita sejak dahulu kala mengajari anaknya adalah Le golek ngelmu seng tenan yo, ben iso Mikul Duwur Mendem Jero Wong Tuo (Nak, menuntut ilmu yang sungguh-sungguh, supaya bisa menjujung tinggi dan menutupi dalam orang tua). Sangat dalam maknanya, merupakan sebuah karakter anak bahawa ilmu yang dicari out putnya adalah bisa menjunjung tinggi jasanya, sehingga bisa dipelajari sampai anak cucu dan menutupi dalam-dalam kesalahanya sehingga bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi sesuati yang harum. Pesan itulah yang sekarang mulai luntur, bahwa warisan kolonial orang tua menyekolahkan anaknya supaya bisa bekerja dan kaya memiliki harta banyak. 

Penulis
Ahmad Ali Zainul Sofan
(Cah Jatirogo, Mahasiswa KPI UIN Walisongo Semarang)

Komentar

Kiriman Paling Ngehits

DAR, DER, DOR, Kisah Dramatis Petugas Saat Melumpuhkan Pelaku Teror di Tuban

Pantaskah Tuban Sebagai Syurga Menurut Al-Quran?

Presiden RI, Bumi Wali, dan KIT

Masalah Patung, Ada Oknum yang Ingin Mengadu Domba Pribumi dengan Tionghoa Tuban

Sowan Kanjeng Syekh Adipati Ranggalawe