Bangsa “Rojulun Yadri wa laa Yadri Annahu Yadri”


Setiap bangsa akan mempunyai ciri atau karakter berbeda sesuai dengan ijtihad mereka dalam menemukan suatu pola kebudayaan yang sudah tersusun sedemikian rupa sejak bangsa tersebut memulai pembangunan peradaban. Indonesia sebagai bangsa memiliki kelengkapan kebudayaan hingga makna falsafah kehidupannya. Tidak sembarangan memang sosok leluhur yang mampu mewariskan segala bentuk prestasinya sampai dinikmati oleh anak-turnunnya hingga berabad-abad.

Dalam skala besar gen bangsa Indonesia tentu saja mempunyai satu keterkaitan diantara bangsa-bangsa di dunia. Seperti halnya bangsa di belahan benua Amerika, Suriname merupakan perkumpulan bangsa Jawa yang ada sejak penjajahan Portugis, juga dikawasan Afrika, Madagaskar tanpa tahu nenek moyangnya, mereka mengakui masih mempunyai keterkaitan dengan bangasa Jawa. Bukan berarti Indonesia merupakan Jawa saja. Akan tetapi Indonesia merupakan perkumpulan bangsa-bangsa Jawa, Madura, Batang, Bone, Asmat, Minang, Dayak, dan seterusnya. 
Sangat luas memamng jika membicarakan Indonesia soal geografisnya, wilayah sepertiga dari dunia, hampir sebanding dengan wilayah dataran eropa,  Indonesia masih dianggap sebagai bangsa yang paling disegani oleh negara-negara super power. Mendengar kata negara super power rasanya sangat hambar setelah melihat keragaman yang ada di Indonesia. 

Kalau super power itu ditinjau dari kekuatan dan kemajuan teknologinya berarti hanya mempunyai satu keunggulan era globalisasi, jika itu mengedepankan kekuatan militernya, mungkin harus mempertimbangakan juga kekutan militer Indonesia. Sejarah telah mencatata, bahwa perang 10 Nopember di Surabaya militer Inggris kocar-kacir tunggang langgang menghadi para pemuda-pemuda gigih berani, utamanya oara bonek yang sejak lama sudah merasa risau dengan kekurangajaran kaum sudra.

Lantas apa yang sesungguhnya dikatakan negara super power, apakah mampu menguasai modal dunia hingga pemusatan kapital. Toh, nyatanya mereka juga mengemis-ngemis dan meminta dengan segala cara untuk memperkosa sumber daya alam Indonesia. Hampir yang dikatakan negara super power itu mengantungkan nasip bangsanya dengan cara merampok harta rakyat Indonesia dengan memperalat pemerintahnya.

Memang dunia itu tempat bercanda dan bersenda gurau, bagi Allah segala apa yang diciptakan, Kun fa Yakun yang sedang berlangsung itulah merupakan sebuah permainan Allah terhadap manusia. Walapun sejatinya hanya permainan, haruslah para pelaku tersebut dituntut untuk serius dalam menjalankannya. Sepak bola merpakan permainan, para pemainnya tidak boleh tidak serius, apalagi pelatihnya juga dituntuk serius sampai habis rambutnya memngatur strategi demi timnya menang. Kira-kira begitulah siklus rantai kehidupan ini.

Mentang-mentang Korea Utara membanggakan roketnya, walaupun jika itu dikeluarkan bisa memporak-porandakan Amerika, tapi hanya sebuah benda yang itu masih relatif keberadaan kekuatannya. Dibandingkan dengan kekuatan alam di Indonesia yang sudah barang pasti jika Allah berkehendak, dan manusianya mampu bekerjasama untuk menumpaskan segala bentuk penjajahan diatas dunia, maka yang dikatakan negara super power itu sulit untuk bergerak. 

Akhir-akhir ini Indonesia sedang mantu dengan beberapa gunung yang sedang aktif. Sinabung beberapa taahun terus mengeluarkan awan panasnya, Gunung Agung begitu tawadu’nya kepada Allah, panasnya lahar dari dalam dirinya secara terus menerus ditunjukkan, Gunung Sidoro juga menunggu saat-saat serupa dengan Sinabung, belum lagi Merapi. Jika satu gunung saja mampu memaksa orang yang tinggal disekitar lereng untuk mengungsi dan berbahaya bagi manusia, sangat tidak seimbang jika roket milik Korut itu diluncurkan ke Indonesia, mungkin hanya beberapa titik kota saja yang hancur. Jika sudah seperti itu semua Gunung di Pulau Jawa meletus serentak, Korut hanya tinggal serpihan debu.

Itu hanya sebatas gejala alam dengan teknoligi yang jelas sangat tidak seimbang hanya dengan analisa orang pinggiran. Apakah rakyat negara super power itu mampu seperti rakyat Indonesia dengan etos kerja tinggi dan sikap tanggung jawab keluarganya juga luar biasa. Rakyat Indonesi bekerja hanya untuk menafkahi keluarga, menyekolahkan anak, menyukupi kebutuhan dapur. Maka siklus hidup rakyat Indonesia sebagamana sebuah lingkaran yang terus berputar akad transaksinya. Disitulah ekonomi kerakyatan yang satu sama salin saling menguntungkan.

Bukan berarti yang sering disebut negara super power itu jauh lebih hebat dari Indonesia, dan Indonesai tanpa diperhatikan aslinya jauh lebih kiat dari negara super power, bukan itu yang seharusnya kita pertahankan. Melainkan sebagai bangsa besar, dengan kekayaan sumber daya alam maupun manusianya, serta kelengkapan kebudayaan masing-masing daerah, Indonesia suatu hari akan mendapat tugas berat untuk mengayomi dunia. sebab yang dikatakan negara super power itu akan saling berebut kekuasaan dan unjuk kekuatan satu sama lain, padahal mereka sesungguhnya belum mampu.

Kondisi seperti ini juga belum mampu disadari oleh bangsa Indonesia, dimana sebuah bangsa yang mampu bertahan hidup disaat dunia sedang krisis, bangsa yang siap beperang setiap saat tanpa perlua ada diklat khusus berperang. Keadaan kepepet sering kali menjadi sebuah andalah rakyat Indonesia dalam menghadapi segala seuatu. Ibarat macan yang sedang tertidur, bisa dikatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa Rojulun Yadri wa laa Yadri Annahu Yadri. Masih banyak rakyat Indonesia yang sadar jika sesungguhnya mereka merupakan para profesor dibidang tertentu.

Hebat dalam segala hal tetapi masih belum mereka sadari secara menyeluruh, artinya banyak orang yang melakukan pekerjaan tanpa mereka sadar bahawa sesungguhnya itu tidak sesuai dengan bidang akademik yang mereka ambil. Para pegawai di pabrik-pabrik brand ternama dunia itu pasti ada orang Indonesia, sebab mereka sangat dibutuhkan dalam hal tertentu. Jika orang luar negeri tidak mampu melakukannya, pasti orang Indonesia yang menyelesaikannya. Sebuah bangsa yang masih perlu pengasuhan khusus supaya mereka menuju puncak dari kesadaran kemampuan ilmu pengetahuan yang mereka milki.

Penulis,
Ali Zainul Sofan

Komentar

Kiriman Paling Ngehits

DAR, DER, DOR, Kisah Dramatis Petugas Saat Melumpuhkan Pelaku Teror di Tuban

Pantaskah Tuban Sebagai Syurga Menurut Al-Quran?

Presiden RI, Bumi Wali, dan KIT

Masalah Patung, Ada Oknum yang Ingin Mengadu Domba Pribumi dengan Tionghoa Tuban

Sowan Kanjeng Syekh Adipati Ranggalawe