Bathokku Dudu Bathokmu
Manusia terlahir di
dunia dalam keadaan suci atau bahasa umumnya bersih, bersinar, atau apa lah.
Setelah ia memasuki fase tertentu dalam perjalanannya maka ia akan di jumpai
dengan peristiwa-peristiwa yang akan mengujinya dalam menemukan Tuhannya.
Peristiwa baik-buruk, benar-salah, pantas-saru, dan sejenisnya akan menjadi
bahan utama dalam resep makanannya..
Dalam kondisi
tersebut semuanya ada perintah dari dalam dirinya yang di operasionalkan oleh
hati. Ukuran Hati manusia yang menurut ilmu biologis adalah setara dengan
genggaman tangan manusia itu sendiri. Tetapi segenggam tangan itu (hati)
semuanya yang ada di alam semesta ini bisa ia tampung sesuai dengan kadar kemampuan
manusia itu mengalaminya.
Hati ada kaitannya
denga batin, batin itu dalam olahan karya sastra jawa bisa juga di sebut
bathok, bathok itu adalah tulangnya kelapa, dalam terminologi kelapa hanya
daging dan airnya saja yang di manfaatkan manusia sebagai kebutuhnya. Namun
kelupaan kita yang menyia-nyiakan bathok yang dianggap tidak ada fungsinya,
disitulah multi fungsi dari segala bentuk barang bekas. Umumnya bathok di
gunakan sebagai alat untuk menimba air saat mandi (cidok, siwur) dan air pun
dapat di tampung oleh bathok sesuai dengan volume bathok tersebut..
Seperti halnya hati
kita yang dapat menampung semua jenis kehidupan alam semesta sesuai dengan
volume kemampuan kita sendiri. Bahkan bathok itu tidak memandang airnya itu
jenis air apa saja, entah air sungai, air putih, air peceren, air kopi, air
mani sekalipun di tampung oleh bathok. Bathok tidak merasa mengeluh dengan
kondisi isinya.
Tetapi ia sebenarnya
merasa malu, kalau isinya itu tidak pantas di lihat oleh manusia, bahkan
sekalipun untuk merasakan isinya. Hati manusia kalau sudah terisi barang yang
tidak sepantasnya, maka makhluk memandangnya pun juga akan merasa risi dan
wegah untuk merasakan ketentraman berkawan denganya.
Tembang Sluku-Sluku
Bathok sudah mengajarkan bagaimana solusi yang solutif guna mencegah
barang-barang yang tidak sembarangan bisa masuk kedalam hati kita. Salah
satunya adalah Bathok,e Ela Elo (Bathnaka La Ilahaa Ilallah) maksudnya adalah
Batinmu (hatimu) isi dengan La Ilahaa Ilallah.
Ketika hati kita
sudah terisi lafal tersebut maka semua yang akan masuk kedalam hati kita akan
terfilter secra otomatis. Bagaimana kita di ajarkan oleh para sesepuh kita
dalam bentuk tembang, supaya mudah di ingat, utamanya bagi anak-anak yang masih
memerlukan peristiwa beradaptasi dengan alam semesta.
Alangkah baiknya
supaya kita bisa menemukan siapa sebenarnya diri kita ini harus belajar sesuai
dengan porsi yang kita miliki. Peradaban yang di bangun oleh para eluhur
tentunya sangat mampu untuk di aplikasikan, namun mengingat dalam masa dan
waktu yang berbeda haruslah di elaborasi sedemikian rupa sesuai dengan keadaan,
kalau istilah jawa ada ilmu yang namanya pranoto mongso.
Penulis,
Ahmad Ali Zainul
Sofan
Komentar
Posting Komentar